Rabu, 13 April 2011

Suami istri,bagaimana anda bertengkar? Bagian 2

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pernikahan memberi kesempatan pada dua manusia untuk saling merasakan cinta yang mendalam, tetapi juga dapat membangkitkan amarah danbenci yang paling intens. Pernikahan melibatkan perasaan saling bergantung dan saling membutuhkan. Siapapun yang merasa kehilangan antara sifat bergantung dan saling membutuhkan, tentu akan muncul sifat geram, yang kemudian akan timbul pertengkaran.
Pada artikel sebelumnya telah disebutkan tujuh tipe pertengkaran antara suami istri dalam kehidupan rumah tangga, berikut adalah lanjutan beberapa tipe tersebut dan cara menghindari pertengkaran yang tidak fair atau menyakitkan bagi kedua belah pihak.
Menggeneralisasi
Dalam pertengkaran ini, suami atau istri melemparkan kesalahan begitu luas sehingga tidak bisa dibuktikan. “Pokoknya, dimata kamu, aku selalu salah. Tidak ada satu pun yang aku bisa lakukan untuk menyenangkan kamu!”
Pertanyaan yang menjatuhkan
Dalam pertengkaran seperti ini, salah satu pihak melemparkan pertanyaan yang dapat menjatuhkan pasangannya. Misalnya, “Kenapa sih kamu nggak bisa hemat sedikit?” atau “Kenapa sih, kamu nggak bisa lebih jantan dan tegas menghadapi orang lain?”Si penanya sama sekali tidak ingin tahu apa jawaban pasangannya.
Mengancam
Mungkin anda sudah tahu model pertengkaran dengan bentuk ancaman. Pesan yang ada disini adalah: Untuk jangka pendek, ancaman-ancaman seperti ini mungkin akan berhasil. Tetapi untuk memelihara kelanggenan pernikahan anda, ancaman sepertiini sama sekali tidak ada gunanya.
Bercanda
Mungkin pernah anda saksikan suami yang berusaha mengubah suatu protes istrinya menjadi olok-olok. Sesudah teriakan dan air mata si istri, si suami tertawa lalu berkata, “Sudah deh, besok kan hari gajian.” Pertengkaran seperti ini sering menunjukkan bahwa salah satu pihak menganggap pasangannya tidak perlu terlalu dianggap serius.
Menggunakan perantara
Mungkin anda pernah melakukan hal yang sama, yakni menyatakan ketidakpuasan anda melalui pihak ketiga, “Aduh, maaf kami telat, Bu Jono. Maklum, suami saya malas sekali.” Atau “Bagaimana tidak terlambat Bu Jono, soalnya Elida kalau dandan…lama sekali.”
Mengubah pembicaraan
Anda mengubah topik pembicaraan, meskipun pasangan anda sudah memberi tanda bahwaingin membicarakan sesuatu. “Sayasedang cemas dengan rapor si Andi.” “Aku juga. Oh ya, omong-omong, tadi saya ketemu Mariam dan dia bilang suaminya….”
Tak mengacuhkan
Contohnya seperti, “Saya nggak tahan kalau kamu terus-terusan meributkan soal saya meletakkan sepatu bukan pada tempatnya. Hari ini saya capek sekali di kantor dan kamu ribut soal sepatu…”
Menumpahkan amarah
Suami atau istri, misalnya, melempar atau merusak barang karena marah. Dengan kata lain, menyatakan amarah dengan tingkah laku dan bukan dengan kata-kata.
Pertengkaran fisik
Suami atau istri menggunakan kekuatan fisik untuk menyakiti pasangannya.Ini adalah salah satu bentuk pertengkaran yang paling tidak fair. Jika anda mengalami hal ini, minta pertolongan pada ahli sesegera mungkin.
Begitu banyak cara bertengkar yang dianggap tidak jujur dan tidak fair. Bagaimana bisa menghindarinya? Ada dua hal yang perlu anda ingat untuk itu. Yang pertama adalah bahwa andabertengkar bukan untuk sekadar bertengkar atau mencari kalah menang, tetapi mencari jalan keluar yang paling baik bagi keduabelah pihak,
Yang kedua adalah menyadari, setiap orang memiliki ambang kelemahan (psychological belt-line). Usahakan agar anda bisa tetap respek pada pasangan dan jangan menyerang ambang kelemahannya, karena itu tindakan menyakiti yang paling tidak bijaksana.
Dengan mengingat dua pegangan sederhana itu, rasanya anda akanbisa menegoisasikan berbagai konflik dalam hubungan berumah tangga. Anda akan bisa bertengkar tanpa mengancam keharmonisan rumah tangga anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar