Sabtu, 28 Mei 2011

Si Banyak Alasan

MAMA : Nehira, mandi dulu, sayang.
Nehira         : (Sambil bermain) BentarMa, tanggung.
Mama          : Kalau kesorean, nanti masuk angin lho!
Nehira         : Enggak kok, lagian Kalau sakit bisa minum obat.
Mama          : Mama enggak punya obatnya.
Nehira         : Nanti aku yang beli.
Mama          : (berkata dalam hati) Duh, disuruh mandi banyak banget  alasannya!
Pernahkah moms kehilangan kata-kata bahkan sedikit kesalsaat si kecil ngeles atau suka mencari-cari alasan ketika disuruh sesuatu - seperti mandi, belajar, makan, sekolah. Ada saja jawabanya untuk menghindar. Wajarkah hal itu?
Itu Pertanda Cerdas, Lho!
Perubahan perilaku pada anak yang suka menjawab terus, membantah apa yang disuruh oleh orangtua atau melakukan hal yang berlawanan dengan keinginan orangtua merupakan bagian dari tahap perkembangan anak. Itu normal dan wajar, begitu menurut NessiPurnomo, Psi, Msi.
Nessi menambahkan, justru anak yang suka menjawab terus merupakan tanda anak cerdas atau pintar, karena ia dapat mengajukan argumentasiyang logis dan mengungkapkan pendapat yang menurutnya masuk akal. Jangan sampai ketika anak bertanya atau menjawab lalu diberi tanggapannegatif. Hal tersebut akan membuat anak ‘kapok’.
Jangan salah, ngeles juga merupakan bagian dari berlatih atau belajar berbicara, dimana kosakatanya sudah mulai banyak. Tapi karena masih tahap mengembangkan kemampuan berbahasa, kadang-kadang bantahannya suka asbun (asal bunyi). “Anak suka ngeles bukan berarti buruk. Jika disikapi dengan baik, kelak anak akan bisa menyampaikan pendapatnya secara tepat dan waktu yang tepat juga. Dewasa nanti, dia akan berkembang menjadi orang yang berani mengungkapkan pendapat,” urainya.
Jangan Terpancing Emosi
Menghadapi anak yang mempunyai segudang alasan memang kadang menjengkelkan.Namun Moms harus lebih sabar,pintar dan lebih logis dalam menyikapinya. Caranya, berikanpenjelasan yang logis atau alasan yang masuk akal, jangan dibuat-buat atau berbohong pada anak.
Jika penjelasan dari Moms bisa diterima, maka anak akan puas dengan jawaban tersebut. Misal, saat akan mandi pagi, ‘Adik mandi yuk biar segar, kalau belum mandi kan badannya lengket dan bau. Main juga tidak nyaman’. Jika anak tetap ngeles, coba negosiasi dengan mengatakan, ‘Adik mandinya jam 9 ya’. Dan jika sudah pukul 09.00 dia belum mandi juga, ajak anak bicara baik-baik, ‘Tadi kan sudah sepakat kalau Adik mandi jam 9. Nah sekarang sudah lewat 5 menit loh!’.
Jelaskan kepada anak kalau sudah berjanji harus ditepati. Kalau tidak, kelak dia tidak akan dipercaya lagi. Tak hanya anak yang dituntut menepati janji, sebagai orangtua pun Anda harus menepati setiap omongan. Ingat, anak akan mencontoh orangtuanya. Jika orangtua sering melanggar janjiatau tidak konsisten menepati omongannya, maka anak pun tidak akan percaya lagi.
Trik Hadapi Bantahan Anak
Ajak anak berpikir logis. Misal, saat si kecil tidak mau makan, ibaratkan bensin dengan mobil. Mobil tidak akan bisa jalan kalau belum diisi bensin. Artinya,dia tidak bisa beraktivitas jika tidak makan. Namun moms, jangan pernah menggunakan ancaman yang justru akan membuat anak takut.
Buatlah kesepakatan dengan anak, sehingga dia juga belajarmenepati apa yang sudah disepakati.
Orangtua boleh marah tetapi tidak sering. Pasalnya orangtua yang sering marah akan membuat anak ‘kebal’. Anak akan menganggap kemarahan adalah hal yang biasa. Lain halnya jika orangtuajarang marah. Ketika kemarahan itu terjadi, anak akan menyadari kesalahan yangtelah dilakukannya. Dia akan berpikir dan berusaha memperbaiki kesalahannya. Ingat, jangan langsung memarahi anak saat dia melakukan kesalahan, melainkanajak bicara baik-baik dan dengarkan penjelasan mereka.
Jika ingin melarang suatu hal, berikan alasan yang masuk akal. Ajak anak ‘ngobrol’ biasa saja, bicara baik-baik, jangan terlalu kaku.
Lakukan aktivitas bersama anak sesering mungkin. Terlibatlah dalam aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh anak.
Posisikan diri kita sebagai teman. Tentu moms mempunyai pengalaman yang jauh lebih banyak daripada anak. Tapi dengan memosisikan diri sebagai teman, akan lebih mudah bagi anak untuk menerima orangtua masuk ke dalam dunianya. Dengan begitu akan lebih mudah pula bagi orangtua dalam membimbing anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar